Ketika saya masih di SMA, saya terbiasa dengan sikap galak semua ayah mantan pacar saya, yang mengira saya mau berbuat yang tidak senonoh terhadap putri mereka. Ketika tahu saya yang datang, mereka biasanya menampilkan muka yang haus darah, menyalami saya dengan genggaman yang sepertinya bisa memeras air dari sebuah batu bata.
Sekarang, bertahun-tahun kemudian, giliran saya yang menjadi seorang ayah. Teringat betapa tidak adilnya saya diperlakukan ketika saya mengencani anaknya, sayapun akan berusaha sebisa mungkin membuat pacar putri saya ini menderita.
“Sebagai seorang ayah, saya membuat beberapa aturan main, yang saya pahat di dua buah batu dan saya letakkan di ruang tamu.” jelas saya kepada anak usia tanggung itu.
Aturan pertama : Jangan membunyikan klakson mobil di depan rumah ini kalau anda bukan pengantar paket, tidak ada yang keluar dari rumah ini untuk pergi dengan anda.
Aturan kedua : Jangan pernah menyentuh putriku di depan saya. Boleh melirik sebentar, selama tidak menatap kawasan leher ke bawah. Jika kamu tidak bisa menjaga mata atau tanganmu dari tubuh putriku, saya akan mencabutnya dari tubuhmu.
Aturan ketiga : Saya menyadari bahwa mode yang lagi “in” buat anak-anak seumurmu ini adalah memakai celana kedodoran yang sepertinya bisa melorot setiap saat. Silahkan saja datang ke rumah ini dengan gaya itu, tapi jangan salahkan saya bila saya mengambil straples besar dan menstraples celanamu itu erat-erat ke pinggangmu.
Aturan keempat : Saya yakin kamu sudah sering mendengar slogan-slogan “Sex tanpa pengaman bisa membunuhmu.” Biarkan saya menjelaskannya untukmu : Ketika berhubungan dengan Sex, SAYA adalah Pengamannya, dan SAYA AKAN MEMBUNUHMU.
Aturan kelima : Mungkin kamu mengira supaya dapat dekat dengan saya, kamu harus berbicara mengenai politik, olahraga atau berita-berita terkini. Tolong jangan lakukan itu. Informasi yang saya perlukan adalah informasi kamu membawa pulang anak saya dengan selamat sampai ke rumah sebelum jam 9 malam.
Aturan keenam : Saya yakin kamu adalah siswa populer, yang punya banyak kesempatan untuk mengencani gadis lain. Saya sih oke-oke saja selagi putri saya tidak keberatan. Tapi, Perlu saya tekankan disini, kalau sampai kamu membuat anak saya menangis, saya akan membuatmu menangis juga.
Aturan ketujuh : Selagi kamu menunggu putri saya keluar, jangan pernah mengeluh, melihat-lihat jam atau menggeleng-gelengkan kepala. Jika kamu ingin selalu datang tepat waktu ke bioskop, jangan pacaran. Putri saya menghabiskan waktu yang lama untuk berdandan, lebih lama dari waktu yang diperlukan untuk mengecat jembatan ampera. Daripada kamu bengong-bengong aja disitu, kenapa tidak melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat, seperti … mengganti oli mobil saya?
Aturan kedelapan : Tempat-tempat berikut ini adalah tempat yang salah untuk membawa putri saya : Tempat yang ada ranjang, sofa dan apapun yang lebih lembut dari batu bata. Tempat yang tidak ada orang tua, polisi atau biarawati. Tempat yang gelap. Tempat yang bisa untuk berdansa, berpegangan tangan atau bersenang-senang. Tempat yang cukup panas sehingga membuat anak saya memakai tank top atau kaos yang tipis. Film yang berjenis romantis atau yang berhubungan dengan sex harus di jauhi, film yang orangnya berlari-lari dengan membawa gergaji mesin, itu boleh.
Putri saya mengatakan dia merasa malu setiap kali dia turun ke ruang tamu melihat saya sedang mencekoki pacarnya agar dapat mengingat kedelapan aturan ini. Padahal kan cuma ada delapan, tapi tidak mengerti-ngerti juga, dasar …
Suatu ketika, istri saya melihat saya sedang mencekoki pacarnya putri saya itu dan bertanya kenapa saya begitu kerasnya kepada anak laki-laki itu. “Apa kamu lupa kamu juga pernah seumuran dia?” Tanya istriku.
“Tentu saja saya ingat. Memangnya kamu lupa dari mana saya bisa mendapatkan kedelapan aturan yang simple ini?”
Dan istri sayapun tertawa …
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar